FILSAFAT
Philo – Sophia artinya mencintai kebijaksanaaan.
Berfilsafat awalnya adalah memahami segala sesuatu secara hakiki,
kebenaran tertinggi (absolute).
Filsafat menjadi dua bagian, yaitu material/fisik dan meta fisika
(meta – material)
Filsafat bersifat radikal, menerobos batas dan spekulatif
Kebenaran bisa dilihat secara korespondensi (sesuai realitas) serta
koherensi
Macam – macam filsafat; Eksistensialis, fenomenologis, matrealis,
idealis, kritis
Manusia menjadi sentrum dalam filsafat (antroposentris)
Filsafat selalu berusaha mencari generalisasi universal
Logika secara
istilah berarti metode atau teknik yang diciptakan untuk meneliti ketepatan penalaran.
Penalaran adalah suatu bentuk
pemikiran, seperti pengertian atau konsep (concept), proposisi atau
pernyataan (proposition;statement), dan penalaran (ratiocinium; reasoning).
Tidak ada
proposisi tanpa pengertian dan tidak ada penalaran tanpa proposisi.
1. Proposisi empiric/ basic proposisi (kebenarannya perlu dirujuk ke
fakta)
-
Dalam proposisi yang pertama
Pengertian itu ada yang menerangkan pengertian yang lain atau mengingkari
pengertian yang lain. Misalnya, Anjing hitam itu menggonggong
(S=P)
Anjing Hitam itu tidak menggonggong (S≠P), dan
-
Dalam proposisi juga Pengertian
itu harus ada yang mengakui atau
mengingkari
Misalnya, Anjing hitam itu memang
menggonggong (S=P)
Anjing Hitam itu
memang tidak menggonggong (S≠P)
Disini jelas bahwa proposisi itu mengandung benar atau
salah, sedangkan pengertian tidak.
2. Proposisi mutlak
Tidak perlu merujuk ke fakta. Misalnya proposisi
Bahwa janda itu pernah kawin
Bahwa Bagian itu lebih kecil dari yang dibagi
Bahwa kesatuan itu sama dengan jumlah kesatuannya
Dalam penalaran proposisi
menjadi dasar penyimpulan yang dikenal dengan antendens atau premis dan kesimpulannya disebut konklusi. Diantara
keduanya harus berhubungan.
Penalaran yang konklusinya
umum (general) dimana konkulisnya lebih luas dari premisnya disebut penalaran induktif.
Dan jika premisnya lebih
luas dari konklusinya disebut deduktif. Misalnya “
Konklusi : Ban Mobil itu memuai
Premis : 1) Semua Benda
yang dipanasi memuai, dan 2) Ban mobil itu dipanasi.
Apabila premisnya hanya
satu proposisi maka bisa langsung diambil kesimpulan, dan disebut dengan penalaran
langsung. Misalnya semua anak
HMI itu orang pintar, maka sebagian orang pintar itu adalah anak HMI
1. Semua proposisi dalam premis itu harus benar.
2. Penyusunan proposisi (premis) harus tepat, karena kalau tidak maka
kesimpulan salah atau dengan kata lain bentuknya
harus tepat.
Mislanya : 1)
Semua Pegawai Negeri penerima gaji (benar)
2) Semua Pegawai Swasta penerima gaji (benar)
Kesimpulan 3) Pegawai Negeri adalah Pegawai Swasta
(salah)
3. Struktur premisnya harus tepat, karena walaupun bentuknya benar
kalau strukturnya salah bisa salah
Misalnya struktur benar : 1) Semua Puteri Solo itu
wanita luwes
2)
Ayu adalah puteri solo
3)
Ayu adalah wanita luwes
Misalnya struktur salah : 1) Ada Puteri Solo yang wanita luwes
2)
Ayu adalah puteri solo
3)
Ayu adalah wanita luwes
Tidak dapat ditarik kesimpulan
Dengan demikian benar tidak sama dengan logis
Yang benar itu proposisi, ada kesesuaian antara subjek
dengan prediket
Yang Logis itu penalaran,
karena mempunyai bentuk yang tepat: penalaran itu sahih.
HUKUMPENYIMPULAN
:
APABILA
PREMISNYA BENAR, KONKLUSI PENALARAN ADALAH BENAR
APABILA
KONKLUSI PENALARAN SALAH, MAKA PREMISNYA JUGA SALAH, AKAN TETAPI APABILA PREMIS
PENALARAN SALAH, BELUM TENTU KONKLUSINYA SALAH
APABILA
PREMISNYA SALAH, KONKLUSI DAPAT BENAR ATAU DAPAT SALAH, TETAPI APABILA KONKLUSINYA BENAR, BELUM TENTU PREMISNYA BENAR
APABILA
KONKLUSINYA BENAR, PREMIS PENALARAN DAPAT BENAR DAPAT SALAHKESESATAN
Artinya
penalaran itu bisa sesat karena bentuknya tidak tepat, atau shahih, sehingga
disebut kesesatan formal, yaitu terjadi pelanggaran – pelanggaran pada kaidah
formal. Kesesatan yang disengaja disebut
sofisme
dan tidak disengaja sehingga tidak terlihat kesesatannya oleh
masyarakat umum disebut paralogi.
KARENA BAHASA
a.
Kesesatan karena aksen atau tekanan,
contoh: Tiap pagi pasukan mengadakan apel; Apel itu buah; Tiap pagi Pasukan
mengadakan buah
b. Kesesatan karena term
ekuivok (lebih dari satu arti). Contoh Sifat Abadi adalah sifat Ilahi; Pulan adalah
mahasiswa abadi; Pulan adalah mahasiswa yang bersifat ilahi
c.
Kesesatan karena arti kiasan (metaphor), jika arti kiasaan disamakan dalam arti sebenarnya maka penalaran
akan sesat.
d.
Kesesatan karena amfiboli (artinya bercabang, contoh Mahasiswa yang dudu di
atas meja yang paling depan …………. Yang paling depan, mahasiswanya atau
mejanya
a. Argument ad hominem, argument diajukan berdasarkan kepentingan, bukan penalaran logis
b. Argument ad verecendum, argument diterima atau ditolak karena orangnya berwibawa atau tidak.
c. Argument ad baculum
(tongkat), argument diterima atau ditolak karena
adanya ancaman
d. Argument ad misericordiam,
argument diterima karena usaha minta belas kasihan.
Misalnya terdakwa memohon keringan putusan karena kelurganya miskin, skit dan
sebatang kara.
e. Argument ad populum, argument diterima karena menggugah perasaan Massa (rakyat),
membangkitkan emosi, atau semangat pendengar untuk menerima konklusi.
f.
Kesesatan non causa pro causa, terjadi apabila
kita menganggap sesuatu sebagai sebab, padahal bukan atau kurang lengkap.
g. Dsb ………. Masih banyak lagi
RASIONALITAS KESESATAN
-
AKIBAT ENTIMEMA, YAITU KONKLUSI YANG DITEGAKAN SEBELUM ADA PREMISNYA
-
BIASANYA LOGIKA DEDUKTIF
-
TIDAK TERSUSUN SEBAGAI SILOGISME FORMAL
MISAL : FAKTANYA : BERKALI – KALI DALAM PERISTIWA PENODONGAN ADA
OKNUM
BAJU HIJAU.
PROPOSISI PEMERINTAH : “ SEMUA ORANG JANGAN MENYIMPULKAN BAHWA
TENTARA ITU TERDIRI ATAS PERAMPOK DAN PENODONG “
RUMUSAN LOGIKA I :
1) Apa yang berlaku untuk
anggota suatu kelompok, tidak dapat diterapkan untuk kelompok seluruhnya
2) Oknum – oknum baju hijau
yang ikut menodong adalah anggota semua kelompok
3) Menodong tidak dapat
diterapkan untuk kelompok seluruhnya, (tentara)
Disini kesesatannya karena komposisi dan divisi (tidak logis)
RUMUSAN LOGIKA II :
1. Apa yang terjadi sejumlah
kali akan selalu terjadi
2. Sejumlah kali terjadi
oknum baju hijau menodong
3. Oknum baju hijau akan
selalu menodong
Ini logis. Perbedaan kedua hal diatas terjadi pada nilai
rasionalitasnya.
TEORI
KEBENARAN
1. Teori korespondensi menyebutkan
bahwa semua itu (suatu pernyataan benar apabila sama [correspond] dengan
realitasnya (Apa yang benar-benar telah terjadi)
Sedangkan
teori koherensi menyetakan bahwa sesuatu itu (suatu pernyataan) benar jika
cocok (cohere, fit in) dengan pernyataan-pernyataan lain yang pernah
diucapkan/dinyatakan dan kita terima kebenarannya