Indonesia
merupakan bangsa dengan penduduk yang ramah, sopan dan santun. Bangsa yang
sudah memiliki peradaban, dan pupoler dikenal dengan peradaban timur. Pendefinisian
tentang peradaban (civilization) menurut Edi Purwanto Nugroho adalah tinggi
rendahnya kebudayaan suatu masyarakat yang mengandung nilai – nilai keluhuran
budi. Peradaban menggambarkan suatu kondisi masyarakat dengan kebudayaan yang
tinggi.
Dengan demikian
peradaban memiliki konotasi makna tentang keadaan masyarakat yang beradab,
berbudaya tinggi. Peradaban merupakan akumulasi hasil kreatifitas manusia dalam
sebuah masyarakat yang menjadi titik kulminasi dan sebagai prestise sosial,
atau dengan kata lain peradaban adalah titik puncak kebudayaan dalam suatu
tatanan masyarakat yang dapat dinilai dan melahirkan prestasi tersendiri.
Dengan begitu maka kebudayaan mencerminkan kebanggaan kolektif
Istilah peradaban
memiliki akar makna historis. istilah peradaban sudah lahir jauh pada masa
Romawi Kuno. Istilah peradaban ini lahir sebagai pembeda dengan keadaan
masyarakat yang bukan Romawi yang mereka sebut dengan istilah bar- bar, yaitu masyarakat yang berada
diluar hukum romawi dengan perilaku sosial yang tidak memiliki etika dan
keluhuran ilmu pengetahuan.
Apa yang
berbudaya, seperti apakah masyarakat yang berbudaya. Lalu tingkat kebudayaan
seperti apa yang kemudian bisa disebut tinggi, adakah different cultural yang menandakan satu kebudayaan lebih tinggi
atau lebih rendah. Pertanyaan-pertanyaan seperti itu akan menjadi ide
penulisan.
Barangkali
ketika membicarakan perbedaan tingkat kebudayaan maka akan terlihat debateble, karena budaya memberikan
deskripsi tentang relativitas. Sekarang sudah menjadi mafhum bersama bahwa
budaya adalah situasi yang relatif, artinya tidak ada budaya yang secara
struktural bertingkat. Sudah tidak ada lagi budaya kelas dua. Kebudayaan
hakikatnya memiliki keunikan yang menjadi kebanggan setiap kelompok masyarakat
pendukungnya. Kebudayaan selalu menunjukan identitas, yang tentu saja tidak ada
yang mau satu identitas disubordinat oleh
identitas lain, apapun alasannya.
Oleh karena itu
barangkali bukan perbedaan kultural bertingkat antar peradaban yang menjadi
persoalan, akan tetapi adalah rentang perbedaan tingkat kebudayaan – peradaban –dengan segala tek-tek bengek kebanggan kolektif yang
sudah terlanjur di anggap membanggakan. Sekarang memang bukan saatnya untuk
membandingkan kebudayaan satu dengan kebudayaan lain secara diametral dengan
kacamata struktural. Yang lebih penting adalah sebuah kesadaran diri – self
consciousness – akan perjalanan sejarah dari kebudayaan kita. Artinya kita membandingkan
kebudayaan kita hari ini dengan kebudayaan kita jauh sebelum sekarang ini. Dan
pada hari ini kita hampir setuju menganggap bahwa peradaban kita adalah
peradaban termaju, dan keyakinan ini ditopang oleh hasil kebudayaan kita yang
memang sangat revolusioner terutama dalam dua hal, yaitu ilmu pengetahuan dan
tekhnologi informasi – walaupun melalui pengadopsian ilmu dari Barat –.
Kemajuan budaya
(progress) yang ditopang oleh rasionalitas
dan skill hakikatnya mencerminkan
sebuah kehidupan kolektif masyarakat yang menggunakan ranah penalaran dalam menyelesaikan berbagai
persoalan yang terjadi dalam kehidupannya. Sehingga setiap masalah bisa
diselesaikan dengan kepala dingin dan
tepat sasaran karena penempatan orang – orang yang sesuai – right man on the right place – sesuai
skill yang dimiliki. Ini berarti bahwa peradaban modern sekarang ini memiliki
arti bahwa kehidupan bersama dengan aturan formal yang disepakati bersama dan
secara rasional harus melahirkan ketertiban, kesopanan, toleransi, dan saling
menghargai perbedaan pendapat dan keyakinan. Peradaban modern seyogyanya
meniadakan hal – hal yang berbau kekerasan, arogansi, dan tindak – tanduk yang melecehkan
nilai – nilai kemanusiaan (humanisme). Intinya
kehidupan modern harusnya mendorong masyarakatnya menjadi sebuah komuntas
manusia dialogis melalui sebuah dialektika sosial. Yaitu sebuah
masyarakat yang selalu mencari nilai – nilai luhur kebenaran yang akan
disepakati bersama dari keberagaman perbedaan dengan menggunakan sarana dialog.
Itulah hasil kebudayaan modern yang sesungguhnya.
Akan tetapi
fakta yang ada, menunjukan kondisi yang berbalikan yang cukup ekstrim. Justru
di kehudipan modern, di tingkat peradaban yang paling tinggi malah menunjukan
sebuah pola kehidupan anarkisme ala
bar-barian Romawi yang tidak beretika dan berilmu pengetahuan. Arogansi
terjadi di segala sendi kehidupan masyarakat kita, Indonesia. Arogansi
lokalitas yang kemudian berujung pada benturan primordial seperti kasus perang
antar suku, antar kampung. Arogansi mayoritas yang kemudian mengakibatkan
penindasan terhadap minoritas seperti penyerangan dan pembunuhan kelompok
keagamaan yang minoritas dan dianggap sesat. Arogansi intelektual yang
mengakibatkan segala sesuatu tidak memiliki pondasi yang kuat untuk
dipertahankan seperti simpang siurnya berbagai kasus hukum yang kebenarannya
diputar balikan sehingga membingungkan masyarakat. Arogansi kekuasaan politik
yang mengakibatkan sistem dinasti politik
berkedok demokrasi. Inikah kemajuan peradaban kita.
(continue...)
artikel yang sangat bagus pak, terimakasih atas materinya :)
ReplyDeletesalam Historia Vitae Magistra
-Sejarah Unila
salam.
Deletegood Article
ReplyDeletethanks
Delete