Monday, November 24, 2014

LOGIKA DAN FILSAFAT

 
FILSAFAT
Philo – Sophia artinya mencintai kebijaksanaaan.
Berfilsafat awalnya adalah memahami segala sesuatu secara hakiki, kebenaran tertinggi (absolute).
Filsafat menjadi dua bagian, yaitu material/fisik dan meta fisika (meta – material)
Filsafat bersifat radikal, menerobos batas dan spekulatif
Kebenaran bisa dilihat secara korespondensi (sesuai realitas) serta koherensi
Macam – macam filsafat; Eksistensialis, fenomenologis, matrealis, idealis, kritis
Manusia menjadi sentrum dalam filsafat (antroposentris)
Filsafat selalu berusaha mencari generalisasi universal

LOGIKA
Logika secara istilah berarti metode atau teknik yang diciptakan untuk meneliti ketepatan penalaran.
Penalaran adalah suatu bentuk pemikiran, seperti pengertian atau konsep (concept), proposisi atau pernyataan (proposition;statement), dan penalaran (ratiocinium; reasoning).
Tidak ada proposisi tanpa pengertian dan tidak ada penalaran tanpa proposisi.

Pengertian merupakan sesuatu yang abstrak. Proses konkritnya harus diganti oleh lambang, lazimnya bahasa. Bahasa menggunakan kata, dan kata sebagai fungsi pengertian disebut term, misalnya kambing, tahi lalat,dsb. Hanya saja lambang itu (memiliki sifat-sifat sendiri) tidak sama dengan yang dilambangkan (pengertian). Pengertian merupakan produk dari aktivitas pikiran (mental) yang bersamaan dg aktivitas indrawi.

Proposisi merupakan rangkaian pengertian. Dalam proposisi harus ada hubungan antara Subjek dengan prediket. Proposisi ada 2, proposisi empiric dan proposisi mutlak

1.       Proposisi empiric/ basic proposisi (kebenarannya perlu dirujuk ke fakta)
-          Dalam proposisi yang pertama Pengertian itu ada yang menerangkan pengertian yang lain atau mengingkari pengertian yang lain. Misalnya, Anjing hitam itu menggonggong (S=P)
                            Anjing Hitam itu tidak menggonggong (S≠P), dan
-          Dalam proposisi juga Pengertian itu harus ada yang mengakui  atau mengingkari
                   Misalnya, Anjing hitam itu memang menggonggong (S=P)
                                 Anjing Hitam itu memang tidak menggonggong (S≠P)
Disini jelas bahwa proposisi itu mengandung benar atau salah, sedangkan pengertian tidak.
2.       Proposisi mutlak
Tidak perlu merujuk ke fakta. Misalnya proposisi
Bahwa janda itu pernah kawin
Bahwa Bagian itu lebih kecil dari yang dibagi
Bahwa kesatuan itu sama dengan jumlah kesatuannya

Penalaran merupakan proses penyusunan proposisi – proposisi yang sejenis sehingga membentuk suatu kesimpulan. Berdasakan sejumlah proposisi yang dianggap benar maka bisa diambil proposisi baru (kesimpulan) yang belum diketahui. Penalaran bertujuan menemukan kebenaran.
Dalam penalaran proposisi menjadi dasar penyimpulan yang dikenal dengan antendens atau premis dan kesimpulannya disebut konklusi. Diantara keduanya harus berhubungan.
Penalaran yang konklusinya umum (general) dimana konkulisnya lebih luas dari premisnya disebut penalaran induktif.
Dan jika premisnya lebih luas dari konklusinya disebut deduktif. Misalnya “
Konklusi :  Ban Mobil itu memuai
Premis : 1) Semua Benda yang dipanasi memuai, dan 2) Ban mobil itu dipanasi.
Apabila premisnya hanya satu proposisi maka bisa langsung diambil kesimpulan, dan disebut dengan penalaran langsung. Misalnya semua anak  HMI itu orang pintar, maka sebagian orang pintar itu adalah anak HMI

Logika Formal, dalam penalaran tujuannya (konklusi) harus benar , maka dengan demikian harus bertolak dari pengetahuan yang benar, yaitu yang memang benar atau benar – benar salah. Pengetahuan itu adalah premis. Jadi syaratnya :

1.       Semua proposisi dalam premis itu harus benar.
2.       Penyusunan proposisi (premis) harus tepat, karena kalau tidak maka kesimpulan salah atau dengan kata lain bentuknya harus tepat.
Mislanya :    1) Semua Pegawai Negeri penerima gaji (benar)
                      2) Semua Pegawai Swasta penerima gaji (benar)
Kesimpulan 3) Pegawai Negeri adalah Pegawai Swasta (salah)
3.       Struktur premisnya harus tepat, karena walaupun bentuknya benar kalau strukturnya salah bisa salah
Misalnya struktur benar : 1) Semua Puteri Solo itu wanita luwes
                                                        2) Ayu adalah puteri solo
                                                        3) Ayu adalah wanita luwes
Misalnya struktur salah :  1) Ada Puteri Solo yang wanita luwes
                                                        2) Ayu adalah puteri solo
                                                        3) Ayu adalah wanita luwes
                                                        Tidak dapat ditarik kesimpulan

Dengan demikian benar tidak sama dengan logis
Yang benar itu  proposisi, ada kesesuaian antara subjek dengan prediket
Yang Logis itu penalaran, karena mempunyai bentuk yang tepat: penalaran itu sahih.


      
    
HUKUMPENYIMPULAN :
APABILA PREMISNYA BENAR, KONKLUSI PENALARAN ADALAH BENAR
APABILA KONKLUSI PENALARAN SALAH, MAKA PREMISNYA JUGA SALAH, AKAN TETAPI APABILA PREMIS PENALARAN SALAH, BELUM TENTU KONKLUSINYA SALAH
APABILA PREMISNYA SALAH, KONKLUSI DAPAT BENAR ATAU DAPAT SALAH, TETAPI APABILA KONKLUSINYA BENAR, BELUM TENTU PREMISNYA BENAR
APABILA KONKLUSINYA BENAR, PREMIS PENALARAN DAPAT BENAR DAPAT SALAH


KESESATAN
Artinya penalaran itu bisa sesat karena bentuknya tidak tepat, atau shahih, sehingga disebut kesesatan formal, yaitu terjadi pelanggaran – pelanggaran pada kaidah formal. Kesesatan  yang disengaja disebut sofisme dan tidak disengaja sehingga tidak terlihat kesesatannya oleh masyarakat umum disebut paralogi.

FAKTOR KESESATAN : 
KARENA BAHASA
a.       Kesesatan karena aksen atau tekanan, contoh: Tiap pagi pasukan mengadakan apel; Apel itu buah; Tiap pagi Pasukan mengadakan buah
b.      Kesesatan karena term ekuivok (lebih dari satu arti). Contoh Sifat Abadi adalah sifat Ilahi; Pulan adalah mahasiswa abadi; Pulan adalah mahasiswa yang bersifat ilahi
c.       Kesesatan karena arti kiasan (metaphor), jika arti kiasaan disamakan dalam arti sebenarnya maka penalaran akan sesat.
d.      Kesesatan karena amfiboli (artinya bercabang, contoh Mahasiswa yang dudu di atas meja yang paling depan …………. Yang paling depan, mahasiswanya atau mejanya

  KARENA RELAVANSI (PREMIS ≠ KONKLUSI)
a.       Argument ad hominem, argument diajukan berdasarkan kepentingan, bukan penalaran logis
b.      Argument ad verecendum, argument diterima atau ditolak karena orangnya berwibawa atau tidak.
c.       Argument ad baculum (tongkat), argument diterima atau ditolak karena adanya ancaman
d.      Argument ad misericordiam, argument diterima karena usaha minta belas kasihan. Misalnya terdakwa memohon keringan putusan karena kelurganya miskin, skit dan sebatang kara.
e.      Argument ad populum, argument diterima karena menggugah perasaan Massa (rakyat), membangkitkan emosi, atau semangat pendengar untuk menerima konklusi.
f.        Kesesatan non causa pro causa, terjadi apabila kita menganggap sesuatu sebagai sebab, padahal bukan atau kurang lengkap.
g.       Dsb ………. Masih banyak lagi

RASIONALITAS KESESATAN
-          AKIBAT ENTIMEMA, YAITU KONKLUSI YANG DITEGAKAN SEBELUM ADA PREMISNYA
-          BIASANYA LOGIKA DEDUKTIF
-          TIDAK TERSUSUN SEBAGAI SILOGISME FORMAL
MISAL : FAKTANYA : BERKALI – KALI DALAM PERISTIWA PENODONGAN ADA OKNUM
                                      BAJU HIJAU.
PROPOSISI PEMERINTAH : “ SEMUA ORANG JANGAN MENYIMPULKAN BAHWA TENTARA ITU TERDIRI ATAS PERAMPOK DAN PENODONG “
RUMUSAN LOGIKA I :
1)      Apa yang berlaku untuk anggota suatu kelompok, tidak dapat diterapkan untuk kelompok seluruhnya
2)      Oknum – oknum baju hijau yang ikut menodong adalah anggota semua kelompok
3)      Menodong tidak dapat diterapkan untuk kelompok seluruhnya, (tentara)
Disini kesesatannya karena komposisi dan divisi (tidak logis)

RUMUSAN LOGIKA II :
1.       Apa yang terjadi sejumlah kali akan selalu terjadi
2.       Sejumlah kali terjadi oknum baju hijau menodong
3.       Oknum baju hijau akan selalu menodong
Ini logis. Perbedaan kedua hal diatas terjadi pada nilai rasionalitasnya.

 TEORI KEBENARAN
1.    Teori korespondensi menyebutkan bahwa semua itu (suatu pernyataan benar apabila sama [correspond]  dengan realitasnya (Apa yang benar-benar telah terjadi)
Sedangkan teori koherensi menyetakan bahwa sesuatu itu (suatu pernyataan) benar jika cocok (cohere, fit in) dengan pernyataan-pernyataan lain yang pernah diucapkan/dinyatakan dan kita terima kebenarannya

2 comments: